Teladan
utama umat islam diseuruh dunia tentu seharusnya dari Rasulullah saw. Bukan
dari pemimpin-pemimpin dunia yang sering diumbar-umbarkan dalam banyak buku bacaan
yang dibaca oleh para penuntut ilmu saat ini. “sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah suri
teladan yang baik bagimu (yaitu)bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”(QS.
33:21)
Muhammad saw
sendiri dijuluki dengan AlQuran berjalan, yang mana artinya ketika kita sebagai
umat muslim ingin menjalankan seluruh perintah Tuhan Yang Maha Esa, maka cukup
dengan meneladani seluruh aspek kehidupan beliau. Termasuk dalam hal
kepemimpinan. Model kepemimpinan yang bermental baja namun tetap dalam batas
moril yang disyariatkan Tuhan dapat dicontoh dari pribadinya. Seorang professor
di Universitas Edinburgh berkata mengenai sosok Muhammad “semakin kita merenungkan Muhammad dan masa awal islam, semakin kita
terkagum-kagum akan cakupan kesuksesannya. Andai dia tak memiliki bakat sebagai
pengamat, negarawan, dan administrator dan, dibalik semua ini, keyakinannya
kepada Tuhan dan bahwa dia diutus oleh Tuhan, sebuah babak penting sejarah umat
manusia tidak akan pernah tertulis”(dalam Armstorng, 2007). Banyak dari
filosof serta ilmuan dunia sebenarnya yang mengakui kepiawaian Nabi Muhammad
saw sebagai seorang pemimpin yang luar biasa yang dapat membawa umatnya menuju
keadilan serta kesejahteraan. Namun saat ini para pemimpin Indonesia yang
notabenenya juga beragama islam, banyak melupakan contoh teladan yang padahal
berasal dari nabi mereka sendiri.
Pertanyaan
mendasar terhadap Muhammad ialah darimana ia belajar hingga bisa piawai dalam
memimpin. Pertanyaan semacam ini sudah terjawab pada paragraph sebelumnya,
bahwa Muhammad ibarat AlQuran berjalan yang mana artinya beliau belajar
langsung dari Tuhannya. Rasulullah juga belajar dari keberhasilan-keberhasilan
para pendahulunya yang dikisahkan oleh Allah swt dalam kitab suci umat islam. Keberanian
dalam mempertahankan misinya juga terdapat dalam Alquran pada surat Al Kafirun.
Dengan tegas dalam surat tersebut dikatakan “untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. Selain itu Muhammad saw juga
menunjukkan keberaniannya dalam menentang berbagai sogokan duniawi yang
ditawarkan oleh pemuka-pemuka Quraisy, padahal sogokan itu nilainya sangat
besar jika dihitung dari segi duniawi. Namun Muhammad tetap bertahan akan
kebenaran karena menganggap balasan dari Tuhan jauh lebih besar.
Hal ini
tentunya kontras sekali dengan keadaan kebanyakan pemimpin Indonesia. Untuk
menutup mulut mereka saja sangat gampang hanya dengan iming-iming yang tidak
seberapa. Aqidah mereka seolah sudah tercoreng dan sangat jauh dari aqidah
serta akhlak Rasulullah.
Contoh
pemimpin yang religious serta pemberani sebenarnya sudah mulai muncul. Kita
sebut saja Presiden Mesir saat ini, yakni DR. Mursi. Seorang intelek, seorang doktor
kimia lulusan universitas ternama di California, namun memiliki sisi religious.
Religiusnya itu tampak dari hafalnya Mursi seluruh 30 juz Alquran. Dengan
kereligiusannya itu dapat menampilkan keberanian juga. Beliau rela untuk tidak
menetap di Amerika untuk bekerja di sana, padahal diimingi gaji yang luar biasa
besarnya dengan alasan ingin mengabdi untuk bangsanya. Contoh lain keberanian
beliau ialah dikuasainya Sinai kembali oleh Mesir di mana sebelumnya wilayah
tersebut dikuasai Israel selama berpuluh tahun lamanya. Bahkan Perdana Menteri
Israel beranggapan bahwa Mursi lebih berbahaya daripada nuklir Iran. Hal ini
menunjukkan keseganan bangsa asing terhadap kepiawaian Mursi dalam memimpin.
Sekarang bagaimana Indonesia dapat mewujudkan
hadirnya sosok pemimpin yang pemberani serta mempunyai moril islami tersebut?
0 komentar:
Posting Komentar