Home » » The Twenty Years Crisis: Telaah atas Pemikiran Realisme Politik Edward Hallet Carr

The Twenty Years Crisis: Telaah atas Pemikiran Realisme Politik Edward Hallet Carr

Tulisan ini merupakan summary dari buku jurnal The Twenty Years Crisis: telaah atas Pemikiran Realisme Politik Edward Hallet Carr yang ditulis oleh Asrudin pada Jurnal Verivy Tahun 2 Nomor 3 Januari-Juni 2010. Summary ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Hubungan Internasional.
Pendahuluan
Edward Hallet Carr merupakan tokoh hubungan internasional yang beraliran realism modern. Ia mengkritik paham idealis-utopian dalam bukunya yang berjudul The Twenty Years Crisis. Carr menyatakan bahwa kaum idealis-utopian tersebut telah gagal dalam memahami realitas hubungan internasional pada masa itu, yang mana mereka hanya mengedepankan aspek etika-moral dan mengesampingkan aspek power politics. Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang dibentuk oleh kaum idealis untuk menciptakan perdamaian dunia tidak berhasil, dan malah konflik militer yang terjadi di dunia internasional berasal dari anggota LBB itu sendiri.
Jurnal Telaah atas Pemikiran Relaisme Politik Edward Hallet Carr yang ditulis Asrudin ini menganalisa buku karangan Carr, khususnya mengenai pemikiran realism politik dan kritiknya terhadap pemikiran kaum idealis-utopian. Asrudin membagi lima topic pembahasan dalam jurnal nya ini. Pertama memaparkan secara ringkas biografi Edward Hallet Carr; kedua, mengulas pemikiran Carr tentang realism politik; ketiga, memetakan pembedaan Carr atas realism dan idealism-utopian; keempat, kritik Carr terhadap pemikiran kaum idealism-utopian; terakhir, memberikan kesimpulan untuk menunjukkan bahwa analisis Carr tentang Negara dan power politics dalam hubungan internasional tetap relevan hingga saat ini .
Biografi Singkat Edward Hallet Carr
Carr berasal dari keluarga kelas menengah di London. Ia mengenyam pendidikan di Trinity Collage, Cambridge, dan mendapat ranking pertama di bidang klasik tahun 1916. Dari Cambridge ini Carr banyak mendapatkan pelajaran sejarah dan realism politik. Awalnya Carr mulai mengikuti kuliah seorang professor yang banyak mengkaji tentang karya Thucydides (The Peloponnesian War) dan karya Herodotus (The Histories). Menurut Carr, dua karya ini merupakan penemuan besar dalam ilmu pengetahuan sejarah dan realism politik dalam hubungan internasional.
Carr memulai karir sebagai diplomat pada tahun1916 setelah ia menamatkan pendidikkan di Cambridge. Namun pada tahun 1936 Carr mengundurkan diri dari Departemen Luar Negeri Inggris dan memulai karir sebagai akademisi. Hal ini di karenakan ketertarikkannya pada studi hubungan internasional dan sejarah Uni Sovyet.
Banyak buku yang telah ditulis oleh Carr selama ia berada di dunia akademisi ini. Termasuk salah satu yang fenomenal ialah The Twenty Years Crisis yang ditulis pada tahun 1939. Melalui buku tersebut, Carr dinilai oleh ilmuwan HI sebagai orang pertama yang mempopulerkan paradigma realism politik dalam teori HI.
Konseptualitas Realisme Politik Carr
Carr menyatakan bahwa awal kemunculan ilmu HI didasarkan pada kebutuhan untuk memecahkan problem-problem politik seperti perang. Jadi, tugas para ilmuwan HI yakni mencari solusi pada setiap masalah HI tersebut. Caranya yakni dengan melakukan penelitian. Dari penelitian tersebut kemudian dapat dijawab apa yang menjadi penyebab perang dan cara-cara menyiasati perang tersebut.
Aliran idealism-utopian melakukan penelitian dengan membuat model bagaimana menghilangkan perang dan mengubah tatanan dalam sebuah fenomena. Namun aliran ini mengabaikan persoalan apa yang menyebabkan konflik itu terjadi. Inilah yang membuat Carr melakukan kritik atas aliran idealism-utopian ini dan menciptakan model penelitian aliran realism politik. Carr menyatakan bahwa idealism-utopian ini merupakan hal yang tidak realistis dan hanya sebuah angan-angan saja. Keinginan untuk menciptakan pemerintahan dunia dan keamanan kolektif tidak akan dapat dicapai selama kedaulatan masih melekat dalam tubuh Negara. Aliran realism politik yang dibawa oleh Carr ini menitikberatkan pada penerimaan fakta dan analisis kausalitas.
Carr dalam bukunya The Twenty Years Crisis menekankan pentingnya power politics dalam analisis realism. Pada saat itu banyak pemikiran yang menolak power ini. Jadi disini Carr bermaksud untuk meluruskan kesalahan-kesalahan dalam pemikiran idealistis tersebut. Ia mengatakan bahwa kalangan idealis-utopian percaya pada kemungkinan untuk menolak realitas secara lebih radikal, dan mengubahnya melalui sebuah perjanjian.
Carr juga menegaskan bahwa power adalah sebuah unsure esensial dalam politik. Sehingga meskipun setiap Negara selalu menggunakan retorika moralitas dari idealism-utopian untuk membenarkan tindakan mereka, namun kenyataannya motif mereka didasari oleh kepentingan diri sendiri berdasarkan kalkulasi balance of power. Jadi dapat disimpulkan disini bahwa pemikiran realis politik Carr berdiri atas dasar kritiknya terhadap pandangan idealism-utopian.
Pembedaan Carr atas Realisme dan Idealisme-Utopian
Ada empat hal penting yang membedakan antara realism dan idealism-utopian. Pertama, deskripsi skematik antara dua aliran itu. Kaum idealis percaya akan tercapainya transformasi masyarakat yang ideal. Namun masalahnya disini kaum idealis-utopian mengabaikan hambatan-hambatan tercapainya suatu kondisi yang ideal. Para pemikir idealis sangat menginginkan perdamaian dunia, namun dalam hal merancang bagaimana itu bisa terwujud kurang disiasati. Sedangkan dalam pemikiran realis, realitas sosial ialah produk dari suatu rantai panjang kausalitas. Jadi realitas sosial tidak dapat di ubah begitu saja melalui suatu perjanjian.
Kedua, mengenai teori dan praktik. Menurut pandangan idealism-utopian, jika suatu ide atau teori lahir, maka harus langsung dilakukan untuk mewujudkannya. Namun dalam konteks ini kaum idealis ini tidak dapat menjawab masalah tentang apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Sedangkan kaum realis mengambil teori dari suatu realitas atau praktis yang berbeda dengan pandangan idealis yang mengacu pada ide.
Ketiga, pertentangan “kiri” dan “kanan”. Pertentangan kiri dan kanan ialah pertentangan antara golongan radikal(idealism-utopian) yang diasosiasikan golongan kiri dan golongan konservatif (realis) yang diasosiasikan golongan kanan. “kiri” lemah dalam hal teori ke praktek sedangkan “kanan” lemah dalam teori tapi kuat dalam praktek, “kiri memiliki gagasan dan “kanan” mempunyai kebijakannya.
Keempat, etika dan politik. Pada idealism-utopian etika merupakan kekuatan untuk memandu kebijakan luar negeri. Sedangkan realis menyatakan bahwa politik lebih memegang control daripada etika. Selain itu kaum realis beranggapan bahwa tidak ada kebaikan etik dalam realitas politik.
Kritik Carr atas Idealisme-Utopian
Carr mengatakan bahwa asumsi idealisme-utopian kurang relevan mendeskripsikan situasi dan kondisi politik pada masa itu. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan munculnya peristiwa-peristiwa tragis pada tahun 1930-an, adanya perebutan kekuasaan di antara Negara-bangasa, serta kesalahan public mengenai pendukungan terhadap pasifisme.
Kaum idealis dianggap terlalu percaya diri dalam mengaktualisasikan gagasan mereka. Berpijak pada karakter normative akan melahirkan suatu studi yang bersifat imajiatif, yakni hanya melihat apa yang seharusnya terjadi bukan pada apa yang sebenarnya telah terjadi. Idealis percaya bahwa Negara secara umum menginginkan perdamaian, namun kadang-kadang melakukan tindakan yang ceroboh dan berlaku anarkis. Namun hal ini menurut Carr tindakan ini merupakan ekspresi dari suatu kepuasan power dalam bentuk kepentingan pribadi suatu Negara-bangsa untuk melawan “status quo”. Pasca Perang Dunia I, pandangan idealism-utopian telah menjadi alat kepentingan dan merupakan selubung kepentingan istimewa status quo.
Menurut Carr, pandangan-pandangan absolute dan prinsip-prinsip universal seperti perdamaian, cita-cita harmonis, keamanan kolektif, dan perdagangan bebas merupakan hal yang tidak berdasar sama sekali. Menurutnya lagi prinsip-prinsip itu muncul dari sebuah keegoisan dan maksud-maksud elitis demi memuaskan hasrat kekuasaan.
Jadi, Carr beranggapan bahwa krisis yang terjadi pada 1919-1939 merupakan konsekuensi dari hubungan internasional pada masa tersebut. Pertimbangan etika-moral hanyalah produk dari Negara-negara kuat, seperti hal nya LBB yang merupakan hasil bentukan dari Negara Amerika Serikat dan Inggris. Ketika etika-moral menghambat kepentingan Negara-negara kuat, maka akan timbullah aspek power politics.
Penutup
Dalam buku The Twenty Years Crisis, Carr memberikan solusi dalam memahami hubungan internasional ialah dengan melihat atas dasar fakta, bukan atas gagasan ataupun ide-ide yang meniadakan realitas. Bukti yang paling nyata dari kegagalan idealism-utopian ialah krisis 20 tahun yang terjadi pada masa perang dunia I.
Asrudin menambahkan dalam jurnal nya bahwa suatu hal yang sungguh luar biasa dari karya The Twenty Years Crisis karena telah menginspirasi para pemikir idealism-utopian dalam membuat buku serupa. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengakuan dari kaum idealis-utopian terhadap realisme Carr yang berarti juga pemikirannya itu tetap relevan hingga saat ini.
Referensi
Asrudin. The Tewnty Years Crisis: Telaah atas Pemikiran realism politik Edward Hallet Carr. Jurnal Verivy Tahun 2 nomor 3 januari-juni 2010.

Written by : Your Name - Describe about you

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam id libero non erat fermentum varius eget at elit. Suspendisse vel mattis diam. Ut sed dui in lectus hendrerit interdum nec ac neque. Praesent a metus eget augue lacinia accumsan ullamcorper sit amet tellus.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

0 komentar:

Posting Komentar